Inflasi 3 Tahun Terakhir dan Hubungannya Dengan Bank

Inflasi merupakan suatu keadaan dimana  meningkatnya harga-harga secara umum dan terus-menerus (continue) berkaitan dengan mekanisme pasar yang dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain, konsumsi masyarakat yang meningkat, berlebihnya likuiditas di pasar yang memicu konsumsi atau bahkan spekulasi, sampai termasuk juga akibat adanya ketidaklancaran distribusi barang.[1]Dengan kata lain, inflasi juga merupakan proses menurunnya nilai mata uang secara kontinu. Inflasi adalah proses dari suatu peristiwa, bukan tinggi-rendahnya tingkat harga. Artinya, tingkat harga yang dianggap tinggi belum tentu menunjukan inflasi. Inflasi adalah indikator untuk melihat tingkat perubahan, dan dianggap terjadi jika proses kenaikan harga berlangsung secara terus-menerus dan saling pengaruh-memengaruhi. Istilah inflasi juga digunakan untuk mengartikan peningkatan persediaan uang yang kadangkala dilihat sebagai penyebab meningkatnya harga.

JENIS JENIS INFLASI
Menurut tingkat keparahan atau laju inflasi, meliputi:
1)Inflasi Ringan (Creeping Inflation)
Inflasi yang tingkatannya masih di bawah 10% setahun
2)Inflasi Sedang
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 10% - 30% setahun
3)Inflasi Berat
Inflasi yang tingkatannya berada diantara 30% - 100% setahun
4)Hiper Inflasi
Inflasi yang tingkat keparahannya berada di atas 100% setahun. Hal ini pernah dialami Indonesia pada masa orde lama.

Jenis-jenis inflasi berdasarkan persentasi atau nominal digit inflasinya, dapat
dibedakan kedalam :
1.Moderate Low Inflation (inflasi 1 digit) misalnya 1% s.d 9%, biasanya orang masih percaya dan memiliki daya beli dan juga nilai mata uang masih berharga.
2.Galloping Inflation (inflasi dua digit) misalnya 10% s.d 99%, dimana orang mulai ragu, daya beli menurun, nilai mata uang menjadi semakin menurun.
3.Hyper Inflation (inflasi tinggi diatas 100%) adalah proses kenaikan harga-harga yang sangat cepat, yang menyebabkan tingkat harga menjadi dua atau beberapa kali lipat dalam jangka waktu yang singkat, keadaan seperti ini orang-orang sudah tidak percaya pada mata uang. Dimana nilai nominal uang jadi tidak berharga jika situasi ini terjadi maka pemerintah melakukan Senering yaitu pemotongan nilai uang.

Data Inflasi 3 tahun terakhir



Pengendalian inflasi dengan peredaman oleh BI berupa kenaikan BI rate bisa jadi memang harus dilakukan untuk menghindari berpindahnya dana ke currency lain seperti  USD, tetapi ada cost lain sebenarnya yang ikut ditanggung yaitu kenaikan biaya dana bank. Dalam urusan likuiditas memang bank tidak punya pilihan lain sekalipun dengan taruhan turunnya margin. tetapi jika ternyata bank juga bertindak dengan menaikkan suku bunga kredit untujk mengimbangi kenaikan biaya dana maka efek ke masyarakat dan efek kepada sektor riil bisa cukup lumayan.

Seolah-olah seluruh hal diatas mudah tetapi sebenarnya bank juga akan mengalami tekanan  efisiensi dalam operasional. tuntutan kenaikan gaji dan biaya operasional juga akan merrangkajk naik dan pada akhirnya pembebanan kenaikan di suku bunga kredit akan bertambah dengan termasuk menutup  kenaikan biaya. operasional.

Tentu bank akan bertindak hati hati dengan melihat seluruh faktor yang berpengaruh. Hal iuni akan membutuhkan waktu yang tidak bisa diprediksi secara tepat. Efek berantai ini bahkan bisa menembus awak tahun. kesimpulannya nanti bank akan semakin sulit menurunkan suku bunga kreditny

Sumber : 
  1. http://www.bi.go.id/en/moneter/inflasi/data/Default.aspx
  2. http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi
  3. https://adhisuyantoblog.wordpress.com/2013/07/04/efisiensi-bank-inflasi-hubungan-sebab-akibat-bi-rate/